Selasa, 31 Juli 2012

Surat untukmu calon suamiku


Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya. Kehadiran sseorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang.
Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu.
Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.
Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi (asing) karena Sayyidah Aisyah r.a pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki.” Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.
Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?
Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.
Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan ? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.
Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.
Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.
Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.
Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….

(reposting dari salah satu grup fb ya teman-teman.. :) )

Sesosok muslimah dalam pencariannya

Beberapa tahun lalu seorang gadis mulai memantapkan diri untuk menutup aurat sesuai dengan nadzarnya.

Berat memang, awalnya.

Ia merasa berat karena  harus meninggalkan pakaian-pakaian "Pendek" yang biasa ia pakai dalam kesehariannya.

Ia merasa berat karena rambut yang biasa dihias dengan pita-pita cantik nan lucu harus ditutupi dengan selembar kain yang menutupi helaian rambutnya.

Ia merasa berat harus berpenampilan layaknya seorang muslimah yang berjilbab yang biasanya sudah paham masalah agamanya.

Ia merasa berat karena takut teman-temannya menjauhi dirinya.

hingga akhirnya, ia mulai "terpaksa" untuk menjalankan nadzarnya itu.

Hari demi hari terasa sama saja dengan hari-hari dimana ia belum berhijab.

Entah, apa yang membuatnya merasa tidak nyaman dengan pergaulannya yang masih "tak terbatas" itu.

Kegelisahan nya membuat ia mencari, apa sebenaranya yang hendak dicapai dalam hidup ini?

Hingga suatu hari, ia bertemu seorang sahabat, sholehah, yang mendampingi dirinya dalam pencarian itu.

Saat pencariannya ia mulai gemar membaca buku, buku pertamanya "Jilbab itu keren".

Seketika saat mengkhatamkan buku itu, ia mulai mengetahui bagaimana syariat islam mengatur bagaimana seseorang harus berhijab yang sesuai syariat.

Perlahan mulailah ia merubah penampilannya..

Memakai jilbab yang tidak tipis, tidak ketat, menutupi dada, bahkan ia mencoba menggunakan rok dan kaos kaki untuk menutupi auratnya..

Ia merasa nyaman dengan semua itu, mulailah babak kedua perjalanan pencarian jati dirinya itu..



Buku kedua yang menggetarkan hatinya adalah "Ayat-Ayat Cinta" sebuah karya yang memperlihatkan bagaimana keidahan islam, bagaimana Islam mengajarkan interaksi antara laki-laki dan wanita, bagaimana seharusnya pernikahan dalam islam. Dan keingintahuannya semakin menggejolak, ia mulai melahap buku-buku yang menambah pengetahuannya, ia mulai aktif mengikuti kajian di lingkungannya, hingga akhirnya hidayah itu diterimanya.

Ia kembali teringat saat ia berat meninggalkan pakaian-pakaian "pendek" serta berat untuk menutupi auratnya.

Sesekali ia tersenyum, Sungguh indah celupan dari Allah yang kembali mewarnai hari-hari barunya.

"Siapa yang lebih baik sibgah (celupan) nya daripada Allah"?



Sebuah tulisan terpampang di halaman rumahnya,



dear muslimah,...

Adakah seorang wanita yang kehilangan kecantikannya hanya karna ia berhijab???

sesungguhnya setiap jengkal dari kita adalah aurat yang memunculkan angan yang berbeda bagi tiap yang memandang.

Patut disyukuri bagi seorang akhwat yg dengan ikhlas menutupi dirinya, menjaga diri dan kesuciannya hanya untuk suami mereka karena Allah.

Ingatkah kita pada wanita2 suci pendahulu kita?

Khadijah, Maryam, Aisyah,Fatimah dan lainnya..

mereka menjadi wanita mulia karena menjaga diri dg hijab, menjaga hati dg akhlak, iman dan taqwa.

Maka wajar jika surga Allah adalah hadiah bagi mereka.

Ketika ditanya, apakah kita mau masuk surga?

Pasti tak ada yang menolaknya.

Tapi jika kita mau ke surga, coba renungkan...

sudahkan kita spt khadijah dan wanita suci lainnya yg slalu berbuat untuk izzah (kemuliaan) kita???



Pesona Cleopatra bisa pudar...

tapi..

Pesona ahlul hijab, tidak akan luntur sepanjang zaman

sebab ia selalu memancarkan aura cahaya kesucian yang tak kan pernah padam...